Selasa, 28 Oktober 2014

ANALISIS JURNAL MANAGEMENT



ANALISIS JURNAL

DAMPAK WORKAHOLISM PADA PEKERJAAN-KONFLIK KELUARGA, KEPUASAN KERJA, DAN PERSEPSI DARI KEGIATAN WAKTU LUANG
The Impact of Workaholism on Work-Family Conflict, Job Satisfaction, and Perception of Leisure Activities
The Psychologist-Managerial Journal,11: 241-263, 2003



I.                   Abstrak
Penulisan abstrak oleh peneliti lengkap. Dalam abstrak tersebut sudah termuat tujuan peneliti, latar belakang penelitian, koresponden peneliti, langkah-langkah penelitian, dan hasil penelitian.

II.                Pendahuluan
  • A.    Latar Belakang
Latar belakang pada penelitian ini mengangkat alasan beberapa inidikasi dalam teknologi mungkin menyumbang peningkatan angka waktu yang dihabiskan pada aktivitas pekerjaan terkait, dari. Erase-Blunt (2001) dari 60% pekerja kantor mengakui bahwa ketika mereka berlibur, mereka selalu membawa telfon genggam, 33% untuk melihat e-mail, dan lebih dari setengah responden menelpon kantor setidaknya satu kali sehari.
20% dari pekerja di Amerika pergi ke kantor ketika mereka sakit, cidera, atau janji medis. Organisasi mengusulkan agar dapat berperan dalam tren ini. Burke (2001a) organisasi mengakui dalam penggunaan teknologi memperkuat perilaku workaholic (P. 639).
Alur yang digunakan peneliti dapat bisa dimengerti, dalam memaparkan latar belakang tersebut peneliti tidak mencantumkan bukti otentik untuk memperkuat data empiris yang terbaru, dan peneliti tidak mencantum kan hasil dari penelitian sebelum untuk mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

  • B.     Rumusan Masalah
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan antara workaholik dengan faktor: (1) pekerjaan-perseturuan kehidupan, (2) kepuasan kerja dan (3) kenikmatan saat waktu luang. Dalam beberapa dekade terakhir karyawan di prusahaan Rose Amerika menghabiskan waktu kerja perminggu dari 43 jam menjadi 47 jam, sedangkan untuk karyawan profesional dimana saja, menghabiskan waktu kerja dari 50 jam menjadi 80 jam perminggu (e.g., Brenton & Largent, 1996). Akhirnya dalam setahun Reiss (2002) menyatakan karyawan di Amerika menghabiskan rata-rata 1,979 jam setahun.
C.      
  • Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dan maanfaat penelitian ini tidak ditulisan secara eksplisit.

III.             Kajian Teori

Dalam penelitian ini dilandasi oleh Spence and Robbins (1992) mengidentifikasi tiga dasar dimensi dari workaholik: (1) keterlibatan kerja, (2) penggerakan (e.g., kuat memotifasi dalam bekerja) dan (3) kenikmatan bekerja. Naughton (1987) dia meng indenfikasikan empat tipe dari workaholic: (1) keterlibatan kerja workaholik, (2) dorongan workaholik, (3)  bukan workaholik dan (4) dorongan bukan workaholik. Scot et al (1997) mengidentifikasikan tiga tipe dari workaholik: (1) dorongan – bergantung, (2) perfeksionis – obsesif dan (3) penghargaan – orientasi. Anggota keluarga dan teman mendapatkan efek rugi dari tingkah-laku workaholik.
Bartolome (1983) membahas sifat terasing dalam keluarga workaholik, dan orang lain mengomentari bahwa kesulitan perkawinanlah yang dihadapi oleh individu seperti itu (e.g., Klaft & Kleiner, 1988; Spruell, 1987).  Penderitaan yang dialami oleh keturuan workaholik sebanding dengan penderitaan yang dialami oleh pasangan alkoholik (Fassel, 1990; Robinson, 1998a, 2000; Schaef & Fassel, 1998). L’Abate and L’Abate (1981) menunjukan bahwa istri dari pasangan workaholik sering mengabaikan tujuannya ketika sedang mendukung tujuan dari suaminya. Workaholik memiliki kesulitan untuk berhubungan intim dan tidak mempunyai waktu untuk diluar hubungan intim (Killinger, 1991; Minirth et al., 1981; Porter, 1996; Robinson, 1998a; Spruell, 1987).

IV.             Prosedur Penelitian
  • A.    Metode Penelitian
Peneliti menggunakan metode kuantitatif dengan menyebarkan angkat yang berupa alat tes dan alat ukur yaitu: Work Addiction Risk Test (WART), Leisure Bored Scale (LBS), Free Time Boredom Scale (FTB), Work-Family Conflict Scale (WFC), Relationship Assessment Scale (RAS), dan Job In General Scale (JIG). Dalam metode penelitian peneliti memaparkan jelas: (1) peserta uji, (2) metode pengujian, (3) perhitungan pengujian dan (4) hasil pengujian.
  • B.     Tahap Penelitian
Peneliti melakukan penelitian dengan menyebarkan angket pada media e-meil kepada pekerja professional dengan jumlah 103 angket dan kepada staff dari universitas di Southeastern Amerika sebanyak 129 angket, dengan jumlah angket yang disebar sebanyak 232 angket, dengan rata-rata peserta uji adalah wanita, dengan rata-rata umur perserta uji 41-47 tahun. Peneliti menyebarkan angket yang berisi alat tes.
Pada tahap penelitian peneliti ini peneliti sudah menjelaskan secara lengkap tahapan penelitian, peneliti juga memberikan penjelasan mengenai alat tes. Peneliti juga memaparkan secara jelas metode, tempat, perhitungan dan hasil sehingga dapat memudahkan pembaca dalam memahaminya.

V.                Hasil dan Pembahasan     

  • A.    Hasil
Dalam penelitian ini peneliti memaparkan hasil yang jelas meliputi: (1) perhitungan alat tes dan alat ukur (2) dampak dari workaholik (3) korelasi kepribadian workaholik (4) peran organisasi dan implikasih. Peneliti juga menjelaskan terapi yang baik untuk workaholik, dan peneliti menjelaskan tentang prioritas kerja dan pengaturan waktu yang baik dalam bekerja dan peneliti juga membagi tipe dalam workaholik secara jelas.

  • B.     Pembahasan
Peneliti memaparkan penjelasan dengan cukup jelas, karena mengulas satu persatu hasil dari alat tes dan alat ukur, selain itu peneliti juga mengoneksikan hasil yang diperoleh dengan tipe workaholik berdasarkan data-data tersebut.

VI.             Simpulan dan Saran

Dalam laporan meneliti memaparkan simpulan dengan jelas menggunakan alat tes dan alat ukur sehingga menghasilkan simpulan yang cukup jelas dan dapat dimengerti, peneliti juga memaparkan poin-poin penting seperti: (1) memotivasi seorang workaholik, (2) Pengaturan waktu yang baik (3) prioritas tugas dan (4) terapi yang baik untuk workaholik.
Sedangkan saran yang disampaikan peneliti: dukungan dari keluarga terdekat sangatlah penting untuk kesuksesan terapi, dan pengaturan waktu, prioritas tugas, dan batasan diri adalah komponen penting untuk menghindari anda menjadi workaholik.
 

Rabu, 08 Oktober 2014

Pembutan dan Analisis Usaha Coffee Shop

             Dalam pembentukan sebuah usaha menengah bahkan usaha yang berkelas sekali pun banyak hal yang harus kita pertimbangan. Saya akan ambil contoh ketika saya ingin membuat suatu lapangan usaha yang bersifat kuliner, oke kita ambil sample yang sekarang lagi banyak diperbincangkan ialah membuat coffeeshop. Sebelum kita membuat suatu usaha kita harus mempertimbangkan S.W.O.T.  S.W.O.T sendiri ialah kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats).
             
             Dalam pembuatan coffeeshop ada dua hal yang membuat itu menjadi sangat mahal secara materi yaitu tempat dan mesin espresso. Kenapa tmpat menjadi hal yang sangat tinggi harganya, karena untuk tempat dengan standart tinggi seperti dijakarta seperti daerah menteng, kemang, block m ialah tempat yang strategis. Kenapa mesin espresso bisa dibilang mahal karena dengan mesin espresso dengan spec yang tinggi bisa membuat coffee crema dan mengeluarkan serta body espresso secara maksimal ditambah dengan kualitas dari beans (biji kopi) yang baik. 

            Kita bicara tentang 5 W 1 H, sebelum kita membuat usaha kita harus mengartikan 5 W 1 H, seperti,
1.      Apa itu coffeeshop?
2.      Menapa harus coffeeshop?
3.      Dimana coffeeshop itu akan berjalan?
4.      Siapa yang akan menjalankan coffeeshop?
5.      Kapan coffeeshop itu akan berjalan?
6.      Bagaimana Coffeeshop itu akan berjalan?
Pertanyan seperti yang diatas harus kita jawab dan kita diskusikan bersama partner business kita atau pada orang kepercayaan kita atau pada konsultan bisnis kita.

Saya akan mencoba menjawab dengan mengibaratkan saya akan membuat sebuah coffeeshop.

1.      Coffee shop adalah sebuah usaha kuliner tempat dimana kita menyajikan coffee/kopi dengan kualitas bean baik dan dengan method yang benar.
2.    Pada saat ini coffeeshop bisa dibilang ialah usaha yang menguntungkan karena coffee/kopi sudah menjadi life style di Indonesia dan coffee/kopi Arabica Indonesia ialah coffee terbaik ke 2 di dunia setelah Brazil.
3.     Saya akan membuat usaha coffeeshop ini berada didaerah Block M dengan Market utama saya ialah pekerja dan mahasiswa.
4.     Dikarenakan saya sibuk dengan usaha/perkerjaan saya, saya tidak bisa terjun langsung pada usaha ini maka saya akan mencari orang yang bisa saya percaya untuk menjadi penanggung jawab usaha ini.
5.       Setelah semua items telah terkumpul dan standard operasional telah ada maka usaha ini telah siap untuk berjalan.
6.    Dengan ada nya standard operasional dan  strategi marketing yang baik maka usaha ini akan siap berjalan secara auto, dan kita bisa memantau serta memikirkan resolusi kedepan. Alangkah baiknya jika ingin merenovasi tempat usaha dll, kita sudah mendapatkan modal kita kembali.

Terimakasih semoga berguna.